SEMINAR SEHARI GURU KATOLIK SE-DEKENAT SELATAN
KEUSKUPAN PURWOKERTO BERSAMA
Br. DR. Bambang Nugroho, FIC
DENGAN TEMA " TUGAS DAN PANGGILAN GURU KATOLIK"
KEUSKUPAN PURWOKERTO BERSAMA
Br. DR. Bambang Nugroho, FIC
DENGAN TEMA " TUGAS DAN PANGGILAN GURU KATOLIK"
GURU MLARAT NING NINGRAT
Kalimat di atas dimunculkan pada awal seminar guru Katolik se-Dekanat Selatan Keuskupan Purwokerto oleh seorang narasumber kawakanBruder Dr. Gregorius Bambang Nogroho, FIC. Acara terserbut diselenggarakan oleh Paroki Cilacap dalam rangka merayakan 50 th Imamat Romo Yohanes Kevin Casey, OMI dan 25 tahun OMI berkarya di perguruan Maria Immaculata. Kegiatan dilaksanakan di Gedung Patra Graha Pertamina Cilacap pada tanggal 23 Maret 2011. Seminar mengambil tema Panggilan Menjadi Guru Katolik. Seluruh ruangan sangat penuh karena dihadiri lebih kurang 550 guru dan 6 romo. Seminar berlangsung tiga setengah jam dan tidak ada satu orang pun yang beranjak dari tempat duduk karena penyampaian materi oleh narasumber sangat luar biasa. Dari awal sampai akhir peserta dikocok perutnya dengan humor serta penampilan yang kocak dari Br. Bambang .
Sebelum acara dimulai diawali dengan sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh romo Antonius Rajabana, OMI, yang menjabat sebagai rovinsial OMI diIndonesia. Beliau memberi pesan supaya guru Katolik menjadi guru nomor satu atau yang terbaik untuk para murid, menjadi teladan dan harus bahagia, menghayati pekerjaan guru sebagai panggilan, dan murah hati pada para murid. Sambutan yang kedua disampaikan oleh romo Ngarlan, Pr. , Koordinator Dekanat Selatan Keuskupan Purwokerto. Beliau menyampaikan bahwa guru adalah ujung tombak pewartaan Injil . Guru mewartakan Injil sampai ke pelosok-pelosok.
Setelah sambutan Rm. Ngarlan langsung dilanjutkan oleh Br. Bambang Nugroho, selaku narasumber tunggal
“Guru mlarat ning ningrat”
Jangan takut! Anda tidak akan kekurangan! Gunakan manajemen Ilahi! Kita harus selalu bersyukur! Kita harus gembira! Bahagia itu penting . Dengan bahagia hari-hari terasa indah. Mewartakan kabar gembira dengan bahagia.
Guru katolik harus mempunyai nilai plus, harus memiliki roh yang berbeda dengan guru yang lain, menjalankan tugas dengan gembira dan penuh syukur.“Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam! tebarkanlah jalamu.” Sebagai guru Katolik harus berani berbeda. Tentunya pada hal yang positif. Guru bekerja Amrih mulya dalem Gusti (untuk kemulyaan Tuhan ). Nilai plus guru katolik yaitu dalam pelayanan.
Guru dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu:
1. Aktif Konstruktif
2. Aktif Destruktif (guru yang kecewa, dihadapnnya semua orang adalah jelek)
3. Pasif Konstruktif (penurut)
4. Pasif Destruktif
Dalam sebuah komunitas sering dihadapkan pada keragaman karakter dan masalah. Sikap menjauhi dan memojokkan seseorang yang bermasalah bukan sikap yang bijaksana. Kita harus melihat di balik masalah tersebut dan berani membantu mencari solusinya.
Sebagai seorang guru katolik meskipun banyak masalah yang dihadapi harus tetap tabah memanggul salib. Supaya tetap bisa bertahan pada profesinya, guru harus memiliki semangat pengabdian, segala sesuatu dilaksanakan dengan senang, harus jadi guru yang handal dan bisa dibanggakan. Jadilah guru yang sungguh-sungguh guru. Kalau kita bekerja dengan misi yang jelasi maka pekerjaan kita akan terasa ringan dan tidak sulit.
Kita harus bangga dengan apa yang kita miliki. Kita adalah pemenang. Kita tidak boleh semena-mena terhadap orang lain. Pelayanan pendidikan merupakan panggilan luhur. Guru diberi kesempatan untuk ikut serta dalam karya Allah dalam membentuk manusia yang utuh dan holistik. Guru melaksanakan tugas perutusan.
Dalam bidang pembelajaran rata-rata guru tidak mengalami masalah, tetapi yang membuat guru terpuruk antara lain: ekonomi(miskin), kurang kompeten (minimalis), minder tetapi keminter, tumbal masyarakat maju, korupsi waktu, operator bimbingan belajar, agen penjualan buku, multilevel, dll. Apakah guru katolik juga ikut-ikutan terpuruk?
Bagaimana seharusnya guru katolik?
1. Melaksanakan tugas sebagai media pewartaan iman.
2. Memanusiakan manusia.
3. Tegas tapi punya hati.
4. Memberi sanksi yang manusiawi
5. Jangan pelit memberi pujian dan mengucapkan terima kasih.
6. Tidak sekadar mentransfer ilmu, tetapi mentranfer kepribadian.
7. Mewujudkan kerajaan Allah
8. Menjadi ragi bagi masyarakat.
9. Menjadi pembebas dan pencerah bagi anak didik.
10. Berpihak pada yang miskin dan membutuhkan perhatian.
11. Menjadi rasul untuk menguduskan dunia.
12. Menggerakkan orang untuk berbuat baik
13. Memberi pelayanan dengan penuh kasih, tidak mengedepankan kekuasaan.
14. Mengandalkan kekuatan dari Allah
15. Punya ketahanan diri dan reflektif
Kalau semua guru katolik bisa melaksanakan itu semua maka misi gereja pasti terlaksana.
Guru SMP Maria Immaculata Cilacap